PERGI DARI SEBUAH KATA PERGI

Menapaki kesadaran pada rasa yang hampir larut, dan menepati kesunyian pada hati yang enggan berlabuh.
Mengingat apa yang pernah terlewati denganmu. Hampir langkahku tuk berlabuh.
Pada karam yang mulai mengakar dan enggan bungkam. Jejak yang kian tertinggal, mengenang pelik dan mencekik harap yang mulai kau tuang.
Aku ada bersamamu dalam bait yang kau sebut puisi. Aku dalam dekapmu pada nyaman yang kau sebut rumah. Dan aku pun ada dalam benakmu yang tertanam beriring logika yang jadi musafir.
Melontarkan kata 'meninggalkan' tentu sebabkan perkara meradang. Bersama sebab tak kuasa berdiri dalam satu tertindas. Beriring namun pikir enggan mengukir.
Pada apa sebenarnya cerita ini berdasar?
Aku malu mengatakan, 'Aku mendambamu perlahan' dan 'Aku melepasnya teramat pelan'. Adilkah ini?
Teramat menyesakan batin jikalau harus sudahi atau memulai. Seberapa ingin 'kita bertahan' seberapa ingin 'kita memulai'. Lalu pantaskah, dengan kebodohan yang termiliki, kedua pilihan tersebut ku sematkan dalamku? Entah, sedari awal, tak ada yang benar-benar ingin menyakiti dan tersakiti. Jelas, sangat jelas, semua teramat ingin turuti harap yang sama sekali tak dibiarkan mati.

Komentar

Postingan Populer